• • • 2 • • •
| 02. Rain Is ...
────────── · · · ✦ ✦ · · · ──────────
Cahaya mentari yang tenggelam seharusnya terlihat di kala sore menyapa. Namun, karena mendung melanda, membuat mentari tertutup karenanya.
Setitik demi setitik pun jatuh ke bawah. Membuat basah pohon-pohon serta tumbuhan lainnya. Beberapa makhluk melindungi diri dari derasnya hujan.
Dia memeluk lutut di pojok kamar dan menangis di sana. Melihat dan mendengar hujan, tenang rasanya. Karena baginya, alam semesta turut bersedih bersama dengannya.
Teringat kembali akan masa lalu itu memang tidak menyenangkan. Apalagi kejadian tragis itu terjadi tepat di depan mata. Sungguh membuat hancur diri luar dalam.
Itulah yang seorang Ikezawa Keiko rasakan.
"Waah! Mite, Ari-chan! Hujan di luar deras sekali~" Seorang pria berambut cokelat dengan manik mata yang selaras berkata dengan semangatnya seraya melihat hujan dari balik jendela kantor agensi pada wanita yang kini sedang fokus pada laptopnya. Dazai Osamu tampak berbinar dan mengharapkan suatu respon positif dari wanita yang diajaknya bicara.
Karena terlalu fokus, ia tak mendengarkan apa yang pria itu katakan. Awilliem Ariseeina lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaannya yang lumayan banyak itu di laptopnya. Bukan hanya karena pekerjaannya saja, tapi juga karena telinganya yang terpasang earphone membuatnya tak bisa mendengar suara suara lain selain musik yang di salurkan oleh earphone tersebut pada telinganya. Bahkan suara hujan pun tak dapat ia dengar.
Pria bernama Dazai itu menatap datar wanita bernama Ariseeina, disusul dengan bibir manyunnya. "Nee, aku tahu kau mendengarkanku, Ari-chan!" renngeknya yang kemudian menarik earphone yang sempat menghalangi pendengaran Ariseeina. Reflek membuat sang empunya telinga terkejut karenanya.
"Nani?!" fanya Ariseeina sedikit ngegas. Terkejut tiba-tiba earphonenya ditarik begitu saja. Sementara si pelaku hanya menunjukkan senyum tak berdosa. Membuat Ariseeina gemas ingin menginjaknya.
"Hujan di luar deras sekali, ya?" ucap Dazai mengulang ucapan yang tak didengar oleh Ariseeina tadi.
Ariseeina mengernyit bingung. Ia melihat ke luar jendela di mana hujan turun begitu deras. Membuatnya terkejut karena baru menyadarinya. "Lalu?" tanyanya yang kini mengalihkan perhatiannya pada Dazai.
"Kau tahu tidak? Kalau kata orang, hujan itu 99% rindu dan 1% air~" kata Dazai yang membuat Ariseeina menatapnya datar. Ia sudah menebak jika pria ini akan menggombal.
"Haha." Ariseeina hanya membalas dengan tawa hambarnya.
"Kau ini bodoh ya, Dazai? Mana ada hujan seperti itu? Hujan itu 100% air murni!" seru seorang pria berpakaian detektif yang notabenenya dia memanglah seorang detektif.
Pria detektif itu sedang duduk santai seraya bermain-main dengan kelerengnya. Edogawa Ranpo, saking bosannya sampaisampai ucapan Dazai yang bodoh merangsang otak cerdasnya untuk meluruskan jalan pikiran Dazai.
Dazai yang mendengar ucapan Ranpo pun dibuat pundung olehnya. Sementara Ariseeina hanya tertawa dan kembali menatap layar laptopnya.
"Hidoii yo, Ranpo-san. Aku hanya ingin menggoda Ari-chan saja," ucap Dazai dengan air mata imajiner di wajahnya. Namun, Ranpo tak peduli dan kini kembali sibuk dengan diri sendiri.
"Oh, ngomong-ngomong, di mana Keiko?" tanya Ariseeina ketika melihat meja Keiko yang rapi dan kosong. "Bukankah tadi dia ada di sini?" tanyanya lagi dengan harapan akan ada satu orang yang menjawab pertanyaannya itu.
"Ah, dia. Keiko baru saja kuantar pulang karena dia merasa tidak enak badan katanya. Sudah kuperiksa. Dia memang sakit karena kelelahan. Keiko hanya butuh istirahat," jelas seorang wanita lain yang ada di ruangan itu, Akiko Yosano.
Ariseeina mengangguk paham setelah mendengar kan penjelasan Yosano secara seksama.
"Sudah 3 hari ini Keiko-san terlihat pucat," ucap seorang gadis pelajar menatap Ariseeina dan Yosano secara bergantian. Begitu juga sebaliknya. Tersirat suatu rasa kekhawatiran dari wajah gadis pelajar tersebut pada gadis yang bernama Ikezawa Keiko yang kini tengah menjadi topik pembicaraan mereka.
Bukan gosip. Hanya mengkhawatirkan keadaannya yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Maka dari itu, dia butuh istirahat," ucap Yosano yang mendapat anggukan setuju dari Ariseeina dan juga gadis pelajar tersebut.
"Kau mau ikut menjenguk, Naomi? Mungkin sepulang kita dari sini," ucap Ariseeina pada gadis pelajar tersebut yang dia panggil Naomi. "Yah, jika hujan tak begitu deras besok," tambahnya dengan senyum kikuk.
Gadis pelajar bernama Tanizaki Naomi ini mengangguk dengan senyum mantap. "Mochiron! Kalau begitu ... Onii-sama harus ikut!" ucapnya yang seperti biasa memeluk sang kakak dengan erat bahkan sangat erat sampai-sampai terlihat seperti mencekik kakaknya sendiri.
"Aku juga akan ikut~" ucap Dazai mengajukan diri untuk ikut bersama dengan Ariseeina dan yang lainnya untuk menjenguk Keiko.
"Terlalu banyak. Cukup berempat saja," Ucap Ariseeina seolah melarang Dazai dengan halus sehalus mungkin.
"Siapa tahu Tanizaki-kun membutuhkan teman," ucap Dazai tak mau kalah dengan senyum beribu artinya. Kalau sudah begini, Ariseeina lebih memilih diam setelah mendengus sebal. Dia akui Dazai pintar membuat alasan.
Ranpo yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka pun berpikir. Berpikir tentang ada apa dengan Keiko yang terlihat sakit akhir-akhir ini. Dia tidak bermaksud mengkhawatirkan, sih. Tapi, dia tak bisa menyangkal hati yang terlanjur gelisah ini.
Pikiran serta hatinya itu seimbang. Ia tak menggunakan pikiran untuk bisa mengerti apa yang ia rasakan. Ia juga tak menggunakan hati dalam membuat keputusan. Dia menggunakan keduanya pada tempatnya.
"Aku juga ikut." Ranpo pun mengajukan diri untuk ikut menjenguk Keiko esok hari.
Setelah menangis, ia tertidur. Namun, entah bagaimana, suhu tubuhnya turun.
Ia menggigil kedinginan. Padahal, jendela kamarnya sudah tertutup rapat. Angin hujan tak mungkin masuk seenaknya. Tapi, sepertinya itu tak cukup hanya untuk mengurangi rasa dingin di tubuhnya. Para pelayan menyelimutinya lagi dengan beberapa selimut tebal yang mereka sediakan untuknya. Perlahan, dia, Keiko menjadi tenang.
Kondisi Keiko membuat seisi rumah yang megah itu khawatir. Terutama paman serta kakak perempuannya yang sempat menenangkan dirinya tadi. Mereka kira Keiko akan baik-baik saja setelah ini, namun, yang ada malah membuat mereka khawatir seperti sekarang ini.
To Be Continued
Story By Lady Iruma
Comments
Post a Comment